Cijanggel Parongpong, Sentra Agro Wakaf yang Terus Bertumbuh

Di lereng sejuk Dusun Bambu, Parongpong, tersembunyi sebuah kawasan yang kini menjadi denyut nadi pertanian dan peternakan wakaf produktif. Namanya Cijanggel. Di tempat ini, semangat kemandirian ekonomi umat dirawat melalui aktivitas pertanian dan peternakan yang terintegrasi.
Program ini dikelola oleh tim Wakaf Produktif yang dipimpin oleh Riyadi Suryana. “Di Cijanggel, ada pertanian, peternakan ayam, kambing, dan domba. Saat ini sedang dipersiapkan juga kandang sapi dan lahan pertanian,” ujar Riyadi.
Cijanggel bukan satu-satunya titik kegiatan agro. Namun, yang membuatnya istimewa adalah model terintegrasi: dalam satu kawasan terdapat berbagai jenis peternakan dan lahan pertanian. Asetnya pun merupakan wakaf produktif. Mulai dari lahan, kandang, hingga hewan-hewan ternak di dalamnya.
Kandang kambing dan domba di Cijanggel memiliki kapasitas hingga 500 ekor. Hingga pertengahan Mei ini, tercatat sudah ada 220 ekor yang menghuni kandang tersebut. “Dalam waktu dekat, kami akan kirim 100 ekor lagi. Targetnya penuh 500 ekor menjelang Idul Adha,” jelas Riyadi.
Dalam dua bulan terakhir, kegiatan peternakan ini mulai menunjukkan hasil. Fokus utama saat ini memang ditujukan untuk penyediaan hewan qurban. Namun ke depannya, setelah Idul Adha, program ini akan dikembangkan menjadi sentra pengembangbiakan (breeding) untuk mendukung keberlanjutan produksi ternak.
Sementara itu, peternakan ayam broiler telah berjalan lebih dulu dan sudah masuk siklus produksi rutin. Terdapat tiga kandang ayam yang tersebar di dua lokasi: satu di Cijanggel dan dua lainnya di Ciamis. Total kapasitasnya mencapai 20 ribu ekor. Ayam-ayam tersebut dibesarkan dari DOC (day old chick) hingga mencapai bobot konsumsi sekitar dua kilogram.
“Setiap kandang rata-rata menghasilkan omzet sekitar 20 juta rupiah per siklus. Total dari tiga kandang bisa mencapai 60 juta rupiah,” ungkap Riyadi. Peternakan ayam ini sudah berlangsung sejak tiga tahun lalu, dan kini pihaknya sedang mempersiapkan ekspansi besar-besaran. “Target kami, ingin menambah 16 hingga 17 kandang baru dalam waktu dekat,” tambahnya dengan semangat.
Program agro yang dijalankan ini bukan semata bisnis. Ia adalah bagian dari visi besar untuk menggerakkan ekonomi umat berbasis wakaf produktif. Dengan optimalisasi aset-aset wakaf, masyarakat tidak hanya menerima manfaat spiritual, tetapi juga keuntungan ekonomi nyata.
Melalui pengelolaan yang profesional, program ini membuktikan bahwa wakaf tak harus diam menjadi prasasti. Ia bisa hidup, tumbuh, dan terus memberi manfaat. Dan di Cijanggel, semangat itu sedang bertunas di antara kandang, ladang, dan impian. (Cahya)