Ketika Emosi Datang, Pilihlah untuk Tetap Positif

BISNISTIME.COM, JAKARTA – Hari ini saya bertemu dengan banyak teman. Sambil tersenyum dan menyapa, ada dua pesan sederhana yang saya sampaikan kepada sebagian dari mereka: jangan reaktif dan lihatlah sisi positif.
Mengapa Tidak Boleh Reaktif?
Bersikap reaktif berarti merespons sesuatu secara cepat dan spontan, sering kali didorong oleh emosi. Sikap seperti ini biasanya muncul ketika kita berhadapan dengan pandangan atau pemikiran yang berbeda dari apa yang kita yakini atau harapkan.
Masalahnya, sikap reaktif justru memperkuat kecenderungan alami otak kita untuk hanya mencari dan mengingat hal-hal yang mengonfirmasi keyakinan yang sudah ada, sambil mengabaikan informasi yang bertentangan.
Lebih jauh, orang yang reaktif sering kali menolak bukti logis yang sebenarnya mudah dipahami oleh akalnya. Akibatnya, ia tidak siap menerima sesuatu secara objektif dan akhirnya memberi respons yang keliru — tentu dengan konsekuensi yang tidak menyenangkan.
Lihatlah Sisi Positif
Suatu ketika, seorang teman datang. Saya menanyakan kabarnya. Dengan nada bercanda, ia menjawab, “Kacau.” Saya balik bertanya, “Siapa yang membuat kekacauan itu?”
Ia tersenyum, mencoba mencari jawaban, tapi tidak menemukannya. “Saya hanya berharap bukan Anda pencipta kekacauan itu,” ujar saya sambil tersenyum.
Kami pun tertawa bersama. Dari percakapan sederhana itu, saya menyampaikan satu hal penting kepadanya: melihat sisi positif adalah kunci ketenangan dan kekuatan menghadapi hidup.
Orang yang optimis cenderung lebih gigih menghadapi rintangan. Mereka percaya bahwa setiap usaha akan membuahkan hasil, sehingga tidak mudah menyerah di tengah kesulitan.
Tak ada manusia yang tanpa masalah. Namun, sebaik-baik orang adalah mereka yang mampu melihat sisi positif dari setiap ujian. Seperti pesan Ustadz Abdurrahman Muhammad, “Orang yang sabar adalah mereka yang mau berpikir positif.”
Jadi, teman-teman, berhentilah menjadi reaktif terhadap masalah, informasi, atau apapun. Cobalah menemukan sisi positif di balik setiap keadaan — agar pikiran tetap jernih, hati tenang, dan hidup lebih bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.
Mas Imam Nawawi