Home > Lifestyle

Film yang Dibuat di Luar AS Kena Tarif 100 Persen, Trump: Kami Ingin Film Dibuat di Amerika Lagi

Selama lebih dari dua dekade, studio besar di AS telah mengalihkan produksi film mereka ke negara lain.
                                                                                                 dok; griffithobservatory.org
dok; griffithobservatory.org

BISNISTIME.COM,WASHINGTON DC--Presiden AS Donald Trump akan menerapkan tarif 100% bagi film yang dibuat di luar AS. Kebijakan itu dilekuarkan menyusul perang dagang yang dicanangkan Triump terhadap sejumlah negara di dunia.

Untuk mewujudkan ambisinya itu, Trump telah memerintahkan Departemen Perdagangan dan Perwakilan Dagang AS untuk memulai proses penerapan pungutan tersebut karena industri film Amerika sedang sekarat "dengan sangat cepat".

Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick menanggapi pengumuman terbaru dengan mengatakan, "Kami sedang menanganinya".

Menjelang pelantikannya, Trump menunjuk tiga bintang film - Jon Voight, Mel Gibson dan Sylvester Stallone - untuk menjadi duta besar khusus yang bertugas mempromosikan peluang bisnis di Hollywood, yang ia gambarkan sebagai "tempat yang hebat tetapi sangat bermasalah".

Trump menilai "upaya terpadu" negara lain yang menawarkan insentif untuk menarik pembuat film dan studio, yang ia gambarkan sebagai "ancaman Keamanan Nasional". " Ini adalah pesan dan propaganda" kata Trump di platform Truth Social miliknya. "Kami ingin film dibuat di Amerika lagi," tegasnya.

Namun, rincian langkah tersebut belum jelas. Pernyataan Trump tidak menyebutkan apakah tarif tersebut akan berlaku bagi perusahaan produksi Amerika yang memproduksi film di luar negeri.

Beberapa film besar terkini yang diproduksi studio AS dibuat di luar Amerika, termasuk Deadpool & Wolverine, Wicked, dan Gladiator II. Tidak jelas pula apakah tarif akan berlaku pada film di layanan streaming, seperti Netflix, maupun yang ditayangkan di bioskop, atau bagaimana cara perhitungannya.

Departemen Kebudayaan, Media & Olahraga Inggris, badan industri British Film Institute dan Motion Picture Association, yang mewakili lima studio film besar AS, tidak segera menanggapi permintaan komentar dari BBC.

Pemerintah Australia dan Selandia Baru telah bersuara lantang mendukung industri film negara mereka.

Selama lebih dari dua dekade, studio-studio besar di AS telah mengalihkan produksi film ke negara-negara yang lebih murah, termasuk Kanada, Inggris, Bulgaria, Selandia Baru, Australia, dan negara-negara lain yang menawarkan keuntungan pajak yang besar untuk membangun ekonomi lokal mereka, sehingga menarik film-film dari Hollywood.

Di sisi lain migrasi pekerjaan bergaji tinggi telah menjadi isu kritis bagi Los Angeles, yang telah mengalami kehilangan dramatis dalam produksi film dan pekerjaan dalam beberapa tahun terakhir.

Industri ini belum pulih sepenuhnya dari penutupan akibat pandemi COVID-19. Pemogokan buruh, dan pemutusan hubungan kerja oleh perusahaan hiburan lama, yang banyak mengeluarkan biaya berlebihan untuk membangun layanan streaming guna bersaing dengan Netflix. Kebakaran hutan di Pacific Palisades dan Altadena pada bulan Januari lalu memberikan pukulan lain.

× Image