Home > Pendidikan

Mencium Tangan Guru: Adab dan Keteladanan dari Ulama

Dikisahkan, ketika Syaikh Abu Ishaq bertemu gurunya, Syaikh Al Albani, di Amman, Yordania, beliau menyalami sang guru dan berusaha mencium tangannya. Namun, Syaikh Al Albani segera menghindar.
Dok. BISNISTIME.COM
Dok. BISNISTIME.COM

BISNISTIME.COM, BOGOR – Dalam perjalanan menuntut ilmu, adab sering kali menjadi kunci utama keberkahan. Salah satu kisah yang sarat makna datang dari dua ulama besar, Syaikh Abu Ishaq Al Huwaini Rahimahullah dan Syaikh Al Albani Rahimahullah.

Dikisahkan, ketika Syaikh Abu Ishaq bertemu gurunya, Syaikh Al Albani, di Amman, Yordania, beliau menyalami sang guru dan berusaha mencium tangannya. Namun, Syaikh Al Albani segera menghindar.

Syaikh Abu Ishaq kemudian bertanya,

“Wahai Syaikh, bukankah Anda membolehkan mencium tangan seorang alim sebagaimana disebut dalam kitab Silsilah Ahadits Ash-Shahihah?”

Syaikh Al Albani menjawab,

“Benar.”

Syaikh Abu Ishaq kembali bertanya,

“Lalu, mengapa Anda menolak dicium tangannya?”

Dengan penuh kerendahan hati, Syaikh Al Albani menjawab,

“Apakah engkau melihat aku adalah seorang alim?”

Syaikh Abu Ishaq mengangguk dan berkata,

“Iya, engkau seorang alim.”

Namun dengan sikap tawadhu’, Syaikh Al Albani menimpali,

“Aku bukan seorang alim. Aku hanya thullayibul ilmi (penuntut ilmu kecil). Maka tidak pantas tanganku dicium.”

Pelajaran Berharga yang Dapat Dipetik

  • Adab murid terhadap guru merupakan hal utama dalam menuntut ilmu.
  • Termasuk di dalamnya berbicara dengan sopan dan menjaga suara di hadapan guru.
  • Mencium tangan seorang alim diperbolehkan sebagai bentuk penghormatan, bukan pengkultusan.
  • Seorang guru seharusnya memiliki sifat tawadhu’, tidak merasa lebih tinggi dari murid-muridnya.

Dan tentu, satu hal penting untuk diingat: Tidak diperbolehkan bersalaman dengan lawan jenis non-mahram, meskipun dalam hubungan guru dan murid.

Tulisan ini disarikan dari nasihat Ustadz Abu Yusuf Akhmad Ja’far, mahasiswa S2 Universitas Islam Madinah.

× Image