Home > Lifestyle

Kekuatan Kata: Cermin Pikiran, Penentu Takdir

Kata adalah cerminan dari pikiran dan keimanan seseorang. Orang yang berpikir jernih dan beriman kuat akan melahirkan ucapan yang bernilai tinggi.
Dok. Mas Imam Nawawi
Dok. Mas Imam Nawawi

BISNISTIME.COM, DEPOK – Banyak orang berkata, “Ah, itu kan cuma kata-kata.” Namun, pernahkah kita benar-benar merenungkan bahwa kata-kata memiliki kekuatan besar dalam menentukan arah kehidupan kita sendiri? Coba perhatikan kalimat ini: “Tahu nggak, ternyata si Fulan itu begini, loh.” Sekilas terdengar biasa. Tapi ketika direspons dengan logika yang sejalan, gosip pun berkembang dan semakin “matang”. Dari satu kalimat, lahir percakapan panjang yang bisa melahirkan citra, bahkan masalah baru.

Padahal sejatinya, setiap kata yang keluar dari mulut kita membawa pengaruh. Semakin sering seseorang berkata buruk, itu mencerminkan siapa dirinya sebenarnya. Tidak berbahaya, kah?

Sebagian orang masih menyepelekan kekuatan kata. Namun tidakkah kita sadari bahwa Al-Qur’an pun terdiri atas rangkaian kata, begitu pula Undang-Undang Negara Republik Indonesia? Bahkan tindakan kita hari ini sering kali lahir dari dorongan kata—baik yang kita dengar maupun yang kita ucapkan.

Kata yang Baik Naik ke Langit

Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya:

“Kepada-Nya-lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan, bagi mereka azab yang keras. Dan rencana jahat mereka akan hancur.” (QS. Fathir: 10)

Ayat ini menjadi peringatan agar kita berhati-hati dalam berucap. Pastikan setiap kata yang keluar adalah kebaikan—sebab hanya kata yang baik yang akan diangkat dan menjadi bukti amal saleh kita.

Sebaliknya, siapa yang menggunakan kata-kata untuk menebar keburukan, maka murka Allah pun mengancam. Mereka yang bermusyawarah dengan niat mulia demi kemaslahatan umat, insya Allah dicatat sebagai amal baik. Namun mereka yang bersepakat untuk keburukan, pasti akan menuai akibatnya.

Kata-Kata Lahir dari Keteguhan Iman

Kata adalah cerminan dari pikiran dan keimanan seseorang. Orang yang berpikir jernih dan beriman kuat akan melahirkan ucapan yang bernilai tinggi.

Buya Hamka pernah mencontohkan keteguhan itu. Saat mendapat tekanan untuk mencabut sebuah fatwa penting, beliau berkata tegas, “Fatwa bisa dicabut, tapi kebenaran tidak bisa kita ingkari.” Kalimat sederhana, namun menggetarkan sejarah. Buya Hamka memilih mundur dari jabatan Ketua MUI demi menjaga kemurnian hati nurani.

Begitu pula Umar bin Khattab. Suatu malam, beliau memanggul sendiri karung gandum untuk warga miskin. Saat asistennya menawarkan bantuan, Umar berkata, “Apakah kamu sanggup memikul dosaku di akhirat nanti?” Itulah kata-kata yang lahir dari kesadaran iman dan tanggung jawab yang tinggi.

Kata-Kata Adalah Doa

Kata-kata bukan sekadar bunyi, melainkan cerminan keyakinan. Itulah mengapa ada pepatah, “Kata-katamu adalah doamu.”

Ustaz Abdullah Said, pendiri Pesantren Hidayatullah di Gunung Tembak, Balikpapan, pernah berkata kepada para santrinya di awal 1980-an, “Kelak, motor dan mobil di pesantren ini akan sebanyak sandal jamaah.” Saat itu wilayahnya masih berupa hutan belantara. Namun kini, ucapan itu terbukti—motor dan mobil berjejer di halaman pesantren.

Dari berbagai kisah itu, kita belajar bahwa kata-kata yang kita ucapkan mencerminkan kualitas diri kita sendiri. Semakin baik kata-kata yang keluar dari lisan, semakin berisi pula kepribadian dan bobot kehidupan kita.

Jadi, mari berhati-hati dalam berkata. Karena setiap kalimat yang terucap bisa menjadi doa, penentu arah hidup, dan cermin iman kita. Dan untuk menajamkan ucapan, jangan lupa: perbanyak membaca dan belajar.

Mas Imam Nawawi

× Image