Home > Nasional

Memaknai 80 Tahun Kemerdekaan: dari Unisa Bandung untuk Indonesia

Dari ruang kelas hingga laboratorium, dari pelayanan kesehatan hingga pariwisata, dosen Universitas Aisyiyah (UNISA) Bandung memaknai kemerdekaan sebagai kesempatan untuk berkontribusi nyata sesuai bidang keilmuan mereka

BISNISTIME.COM, BANDUNG (unisa-bandung.ac.id) -- Delapan puluh tahun Indonesia merdeka bukan hanya catatan sejarah, tetapi juga ruang refleksi: sudah sejauh mana bangsa ini menjaga persatuan, mengisi kemerdekaan, dan mewujudkan cita-cita pendiri negeri.

Dari ruang kelas hingga laboratorium, dari pelayanan kesehatan hingga pariwisata, dosen Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Bandung memaknai kemerdekaan sebagai kesempatan untuk berkontribusi nyata sesuai bidang keilmuan mereka.

Dosen Program Studi S1 Pariwisata, Muhammad Syakib Rifai, M.Par., menilai kemerdekaan adalah kesempatan untuk membangun identitas bangsa melalui pelestarian budaya dan pengelolaan destinasi berkelanjutan.

“Kemerdekaan bukan hanya bebas dari penjajahan, tetapi juga kebebasan untuk berinovasi, memperkenalkan kekayaan alam dan budaya Indonesia ke dunia, serta menjaga martabat bangsa melalui pariwisata yang beretika dan inklusif,” tuturnya, Jumat (15/08/2025).

Sebagai Dosen Pariwisata Syakib berharap lahir destinasi wisata yang ramah muslim, ramah lingkungan, memberdayakan masyarakat lokal, sekaligus menjaga warisan budaya.

Sementara itu, Rahmania Almira Fitri, S.Ds., M.Ds., dosen Program Studi S1 Desain Komunikasi Visual, memaknai kemerdekaan sebagai kebebasan berekspresi.

“Kemerdekaan adalah momen kebebasan berkomunikasi melalui beragam media visual. Desain komunikasi visual seharusnya tidak hanya sebagai penghias, tetapi menjadi solusi menjawab tantangan sosial dan memperkuat identitas bangsa,” jelasnya, Jumat (15/08/2025).

Dari perspektif perdagangan global, Maisa Azizah Asmara, S.E., M.M., dosen Program Studi S1 Perdagangan Internasional, menuturkan bahwa kemerdekaan berarti kemampuan bangsa untuk mandiri dan bersaing di tingkat dunia.

Ia berharap lulusan Perdagangan Internasional UNISA Bandung dapat membantu pelaku usaha lokal menembus pasar global, membuka peluang kerja lintas negara, serta mendorong kemandirian ekonomi bangsa melalui ekspor, impor yang bijak, dan kolaborasi internasional yang saling menguntungkan.

Penegasan lain datang dari Dr. Angga Wilandika, S.Kep., Ners., M.Kep., dosen Program Studi S1 Keperawatan dan Profesi Ners. Ia menyampaikan bahwa kemerdekaan sejati adalah hak untuk hidup sehat dan bermartabat.

“Kemerdekaan tampak dalam senyum anak yang sembuh dari sakit, rasa lega keluarga yang melihat operasi berjalan sukses, dan harapan pasien dari pelosok yang akhirnya mendapat pelayanan layak. Semua itu menunjukkan bahwa kesehatan adalah hak semua rakyat,” ungkapnya, Jumat (15/08/2025)

Ia berharap di era ini tidak ada lagi ibu kehilangan nyawa karena akses kesehatan terbatas, anak yang tumbuh dengan gizi buruk, ataupun lansia yang harus mengorbankan harta demi perawatan.

Sedangkan dari bidang kebidanan, Mulyanti, S.ST., M.Keb., Bdn., dosen Program Studi S1 Kebidanan dan Profesi Bidan, menekankan bahwa kemerdekaan bagi bidan adalah penghargaan atas peran mereka dalam masyarakat.

Menurutnya, bidan layak mendapatkan perlindungan hukum, kesejahteraan, serta dukungan dalam menjalankan tugas.

Ia juga berharap pengakuan dan pemberdayaan bidan sebagai garda terdepan kesehatan dapat semakin diperkuat untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak di Indonesia.

Pandangan para dosen UNISA Bandung ini memperlihatkan bahwa makna kemerdekaan bukan hanya sekadar bebas dari penjajahan, tetapi juga tentang kemandirian, inovasi, perlindungan, dan kesempatan berkarya.

Harapan yang disampaikan pun beragam, namun berpadu dalam satu tujuan: mewujudkan Indonesia yang sehat, mandiri, berdaya saing global, serta berakar pada nilai budaya bangsa. [ ]

Dok foto: Unisa Bandung

× Image