Menperin Dorong Green Mobility

BISNISTIME.COM, Jakarta — Industri otomotif Indonesia kini memasuki era baru. Menghadapi arus disrupsi teknologi yang kian masif, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong lahirnya kebijakan Green Mobility, sebuah konsep strategis untuk mewujudkan ekosistem kendaraan yang lebih ramah lingkungan, hemat energi, dan berkelanjutan.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan bahwa Green Mobility bukan hanya sekadar respons terhadap tren kendaraan listrik dan energi alternatif, tetapi merupakan pijakan untuk menjaga daya saing industri otomotif nasional di tengah transisi menuju ekonomi hijau.
“Terlepas dari jenis teknologinya—apakah itu ICE, hybrid, baterai listrik, maupun fuel cell hydrogen—kita akan fasilitasi semua sepanjang mendukung keberlanjutan dan mobilitas masyarakat,” tegas Agus dalam acara New Energy Vehicle di Jakarta, Selasa (6/5/2025).
Kemenperin memastikan bahwa pengembangan teknologi otomotif terbaru akan tetap memperhatikan dan melindungi investasi yang sudah tertanam di sektor otomotif nasional. Pemerintah telah menyiapkan berbagai insentif, mulai dari program LCGC dan biofuel, hingga potongan pajak PPNBM DTP untuk kendaraan listrik dan hybrid. Kini, dukungan tersebut diperluas untuk teknologi berbasis fuel cell hydrogen.
“Selama investasinya menghasilkan kendaraan yang lebih hijau dan efisien, baik itu investor lama maupun baru, kami akan dukung penuh melalui kebijakan Green Mobility,” tambah Agus.
Potensi pasar otomotif dalam negeri dinilai masih sangat besar. Rasio kepemilikan mobil di Indonesia saat ini baru mencapai 99 unit per 1.000 penduduk, jauh tertinggal dari Malaysia (490), Thailand (275), hingga Jepang (670).
“Dengan jumlah penduduk lebih dari 280 juta jiwa, ini adalah peluang besar untuk mengembangkan produk otomotif dalam negeri yang berkualitas dan terjangkau,” kata Agus.
Konsep Green Mobility juga diselaraskan dengan target ambisius Indonesia dalam mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2050, bahkan sektor manufaktur ditargetkan bisa mencapainya 10 tahun lebih cepat.
“Kami sudah koordinasi dengan para pelaku industri. Mayoritas siap bergerak mendukung target ini, termasuk sektor otomotif,” jelas Menperin.
Polytron Luncurkan Mobil Listrik G3, Simbol Kebangkitan Otomotif Nasional
Dalam momentum ini, Kemenperin memberikan apresiasi tinggi kepada Polytron yang secara resmi meluncurkan mobil listrik G3, menyusul kesuksesan mereka dalam memasarkan sepeda motor listrik sebelumnya. Peluncuran ini menjadi tonggak sejarah karena menandai lahirnya mobil listrik dari merek nasional asli Indonesia.
“Langkah ini bukan hanya simbol kemajuan teknologi, tetapi juga wujud nyata komitmen industri nasional dalam membangun masa depan otomotif Indonesia,” ungkap Agus.
Mobil listrik Polytron G3 memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebesar 40%, angka yang cukup signifikan dalam konteks industri manufaktur nasional. Hal ini memperkuat peluang produk lokal untuk memenuhi kebutuhan mobilitas dalam negeri, terutama seiring diberlakukannya Perpres No. 46 Tahun 2025 tentang pengadaan barang dan jasa, yang mewajibkan pemerintah dan BUMN/BUMD membeli produk dalam negeri.
Sinergi Industri dan Pemerintah
CEO Polytron, Hariono, menyampaikan terima kasih atas dukungan Kemenperin yang memungkinkan sinergi kuat antara industri dan pemerintah. Ia juga menandai peluncuran mobil listrik G3 sebagai perayaan 50 tahun kehadiran Polytron di Indonesia.
“Sejak 1975, kami tumbuh bersama masyarakat Indonesia. Kini, di usia ke-50, kami ingin melangkah lebih jauh dengan menghadirkan solusi mobilitas yang cerdas, ramah lingkungan, dan dapat dijangkau oleh seluruh keluarga Indonesia,” ucap Hariono.
Ia menegaskan bahwa inovasi bukan sekadar teknologi canggih, melainkan kemampuan untuk menyediakan solusi yang nyata dan mudah diakses oleh masyarakat luas. Polytron percaya bahwa masa depan kendaraan listrik di Indonesia harus inklusif dan memberdayakan.
Peluncuran mobil listrik nasional ini menjadi sinyal kuat bahwa industri otomotif Indonesia siap bersaing, tidak hanya di pasar lokal tapi juga global. Dengan dukungan kebijakan yang pro-lingkungan, sinergi antara pemerintah dan industri, serta dorongan inovasi dari pelaku dalam negeri, masa depan mobilitas Indonesia bergerak ke arah yang lebih hijau dan mandiri.