Dosen UNISA Bandung Latih Perawat Komunitas Tangani Distres Psikologis Pasien Kanker Payudara Pasca Mastektomi

BISNISTIME.COM, BANDUNG (unisa-bandung.ac.id) -- Kanker payudara masih menjadi ancaman serius bagi perempuan Indonesia. Di Jawa Barat, prevalensinya mencapai 26 per 100.000 wanita.
Tidak hanya berdampak pada fisik, pasien kanker payudara pasca tindakan mastektomi juga menghadapi tantangan psikologis mulai dari kecemasan, depresi, hingga menurunnya citra diri.
Menjawab kebutuhan tersebut, dosen Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Bandung, Dewi Mustikaningsih, S.Kep., Ners., M.Kep., bersama tim melaksanakan program "Pelatihan Edukasi Berbasis Video untuk Perawat Puskesmas dalam Perawatan Pasien Pasca Mastektomi: Program Pengabdian Masyarakat".
Kegiatan berlangsung di Puskesmas Kujangsari, Kota Bandung, pada 23 Mei 2025 dan 4 Juni 2025, dengan dukungan pendanaan dari Hibah Internal LPPM UNISA Bandung.
Menurut Dewi, masih banyak perawat komunitas yang belum memiliki pemahaman terstruktur terkait cara menurunkan distres psikologis pada pasien mastektomi.
“Peran perawat komunitas sebagai edukator sangat dibutuhkan, tetapi selama ini bentuk edukasi yang diberikan belum sistematis. Karena itu, kami menyusun metode baru agar edukasi lebih mudah dipahami pasien sekaligus efektif menurunkan tekanan psikologis,” jelasnya, Kamis (18/9/2025).
Program ini melibatkan dosen lain, yakni Maya Sukmayanti, S.ST., M.Kes., serta mahasiswa keperawatan dan kebidanan UNISA Bandung yang turut serta dalam merancang strategi pelatihan sekaligus mendampingi perawat komunitas secara langsung.
Kolaborasi ini memastikan proses pelatihan berjalan optimal dan memberikan pengalaman nyata bagi mahasiswa.
Inovasi utama dari program ini adalah penggunaan media video edukasi untuk Perawat Puskesmas dalam Perawatan Pasien Pasca Mastektomi yang bernama PERMATA (Perawatan Mastektomi untuk Pasien Sejahtera).
Video ini berisi lima materi utama: cara adaptasi terkait dampak mastektomi, perawatan fisik pasca mastektomi, mengatasi pemikiran negatif, mengelola emosi negatif, serta meminta dukungan psikologis.
Dengan pendekatan terstruktur, edukasi diharapkan dapat menjangkau lebih banyak pasien secara efektif.
Dewi menambahkan, keberadaan video PERMATA akan membantu perawat komunitas menyampaikan pesan kesehatan dengan cara yang lebih praktis.
“Melalui media ini, informasi penting bisa lebih mudah dipahami pasien maupun keluarganya, sehingga mereka tidak merasa sendirian dalam menghadapi masa sulit pasca mastektomi,” ungkapnya.
Program ini tidak hanya meningkatkan kapasitas perawat komunitas, tetapi juga mendukung pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dengan melibatkan mahasiswa dalam kegiatan berdampak nyata di masyarakat.
Dengan upaya ini, UNISA Bandung berharap semakin banyak perawat komunitas yang peduli terhadap permasalahan fisik dan psikologis pasien kanker payudara pasca mastektomi, sehingga kualitas hidup dan kesejahteraan mereka dapat meningkat. [ ]
Dok foto: UNISA Bandung