Siapa yang Paling Menderita

BISNISTIME.COM, BOGOR -- Setiap gejolak sosial yang membesar selalu menyisakan luka. Luka itu bukan hanya di gedung-gedung yang rusak atau jalan yang terbakar, melainkan pada wajah-wajah rakyat kecil yang kehilangan penghidupan. Mereka yang sehari-hari hanya berharap cukup makan, berdagang di pasar, mengojek, menambal nasib dengan kerja serabutan, justru menjadi pihak yang paling menanggung akibat.
Kita tidak sepakat dengan tindakan anarkis, penjarahan, dan perusakan fasilitas umum. Semua itu tidak membawa penyelesaian, justru menambah penderitaan. Tetapi kita juga tidak bisa menutup mata bahwa setiap letupan selalu ada sebabnya. Ada beban yang terlalu lama dipikul, ada suara yang terlalu sering diabaikan. Dan bila ini tak diselesaikan, sejarah menunjukkan bahwa luka akan selalu berulang dalam wajah berbeda.
Karena itu, para pemimpin bangsa, pejabat publik, dan pengambil kebijakan perlu kembali ke akar, mengapa rakyat marah, apa yang membuat mereka kecewa, dan kebijakan mana yang terasa menambah berat hidup mereka. Dialog yang jujur, kebijakan yang berpihak, dan empati yang nyata jauh lebih ampuh meredakan gejolak ketimbang represi semata.
Keuntungan politik atau ekonomi segelintir pihak tidak akan pernah sebanding dengan harga yang harus dibayar bangsa ini jika eskalasi dibiarkan. Keuntungan itu berdiri di atas darah dan air mata masyarakat kecil. Karena itu, mari bersama memilih jalan yang lebih arif, meredam emosi, membuka ruang dengar, dan mengutamakan keadilan.
Stabilitas sejati bukanlah hasil dari kekuatan aparat, melainkan buah dari rasa percaya. Dan rasa percaya itu hanya bisa lahir ketika rakyat benar-benar merasa diperlakukan dengan adil.
Sigit Iko
Pemerhati sosial