Madrasah Inklusif, Kurikulum Berbasis Cinta, dan Dua Hafiz MAN 11 Jakarta yang Menyentuh Jiwa

BISNISTIME.COM, JAKARTA – Hari pertama Matsama 2025 di MAN 11 Jakarta tak hanya mengenalkan lingkungan madrasah kepada para siswa baru, tetapi juga menyuarakan makna pendidikan yang lebih dalam—pendidikan berbasis cinta dan kesetaraan. Hal ini tergambar kuat dalam penampilan dua siswa disabilitas yang telah menghafal 30 juz Al-Qur’an, membacakan ayat-ayat suci di hadapan ribuan siswa dan guru dengan penuh ketenangan dan keindahan suara.
Penampilan tersebut menjadi sorotan utama pembukaan Matsama. Suasana mendadak hening, lalu berubah haru saat lantunan ayat suci terdengar begitu syahdu dari dua murid spesial tersebut.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, Amien Suyitno, dalam pidatonya mengangkat makna inklusivitas dalam dunia pendidikan Islam. Ia menekankan pentingnya madrasah sebagai ruang yang aman, ramah, dan penuh cinta bagi semua anak, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus.
“Mereka mungkin terlihat berbeda di mata dunia, tetapi mereka luar biasa di mata Tuhan,” ucap Amien. Ia juga memperkenalkan konsep Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) yang kini diterapkan di madrasah—yakni menjadikan akhlak, cinta pada sesama, dan nilai kebangsaan sebagai inti proses belajar.
Dalam arahannya, Dirjen mengajak para siswa untuk mencintai madrasah sebagai bagian dari mencintai masa depan Indonesia. “Cinta pada madrasah adalah cinta pada masa depan bangsa. Dan kalian adalah harapan itu,” ujarnya penuh semangat.
Matsama 2025 di MAN 11 Jakarta bukan sekadar masa orientasi, tapi juga refleksi mendalam tentang wajah baru pendidikan Islam yang penuh kasih, inklusif, dan membebaskan potensi setiap anak untuk bersinar.