Home > Nasional

"Gerakan Program Sajadah": Mahasiswa UI dan Ojol Berkolaborasi Melawan Momok Jalanan

Tempat yang biasanya menjadi pusat aktivitas para pengemudi ojol itu bertransformasi menjadi panggung kepedulian, di mana semangat gotong royong dan kesadaran akan keselamatan berkendara digaungkan

BISNISTIME.COM, JAKARTA – Kamis (15/05/2025) Deru mesin kendaraan bermotor di jalanan Indonesia acapkali beriringan dengan statistik yang mencemaskan. Data dari IRSMS Korlantas Polri periode Januari hingga 5 Agustus 2024 mencatat angka kecelakaan lalu lintas yang sungguh mengiris hati: 79.220 kasus yang mengakibatkan 117.962 jiwa terluka atau bahkan meregang nyawa. Ironisnya, sepeda motor, kendaraan yang menjadi tulang punggung mobilitas banyak masyarakat, justru mendominasi daftar keterlibatan kecelakaan dengan 552.155 unit. Realitas pahit ini bukan sekadar angka, melainkan cerminan dari budaya berkendara yang adakalanya abai terhadap keselamatan, sebuah ironi di tengah hiruk pikuk kehidupan modern.

Di tengah kegelisahan akan tingginya angka kecelakaan tersebut, secercah harapan muncul dari kolaborasi tak terduga namun penuh makna. Mahasiswa Program Studi Kesejahteraan Sosial Universitas Indonesia (Kesos UI), dengan kepekaan sosial yang patut diacungi jempol, menggandeng komunitas ojek online (ojol) – garda terdepan mobilitas perkotaan yang juga rentan terhadap risiko kecelakaan. Lahirlah sebuah gerakan akar rumput yang diberi nama "Sajadah," akronim yang sarat makna: Sabar di Jalan dan Hati-hati.

Peluncuran resmi gerakan ini pada Minggu, 11 Mei 2027, di markas Ojol Mengaji, Poltangan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, menjadi momentum penting. Tempat yang biasanya menjadi pusat aktivitas para pengemudi ojol itu bertransformasi menjadi panggung kepedulian, di mana semangat gotong royong dan kesadaran akan keselamatan berkendara digaungkan.

Dukungan pun mengalir deras, salah satunya dari penulis dan figur publik inspiratif, Kang Maman Suherman. Melalui pesan video yang disebarkan di jagat maya, Kang Maman menyampaikan apresiasinya yang mendalam terhadap inisiatif mulia ini. Beliau dengan lugas menyebut jalan raya sebagai salah satu "pembunuh terbesar" di Indonesia yang sayangnya seringkali terabaikan. Dukungan Kang Maman bukan sekadar formalitas, melainkan penegasan akan urgensi gerakan ini dalam menyelamatkan nyawa dan mencegah penderitaan.

Pelangi Loemongga, sang nahkoda Gerakan Sajadah, mengungkapkan bahwa inisiatif ini berakar dari keprihatinan mendalam akan statistik kecelakaan yang terus menghantui. Data pengguna ojek online yang fantastis – melonjak dari 82 juta pada 2023 menjadi 88 juta pada 2024 – menjadi alarm yang semakin memperkuat urgensi untuk bertindak. Semakin banyak roda dua yang memadati jalanan, semakin besar pula potensi risiko jika tidak diimbangi dengan kesadaran dan kehati-hatian yang tinggi.

"Sajadah di Aspal" bukan sekadar jargon kosong. Gerakan ini merangkul serangkaian kegiatan konkret yang menyentuh berbagai aspek keselamatan berkendara. Dimulai dari edukasi yang memberikan pemahaman mendalam tentang pentingnya mematuhi peraturan lalu lintas dan mengantisipasi potensi bahaya di jalan. Kemudian, aksi nyata berupa pemasangan stiker keselamatan di armada ojol menjadi pengingat visual yang efektif bagi pengemudi dan pengguna jalan lainnya.

Pembagian helm standar SNI merupakan langkah proaktif untuk memastikan perlindungan kepala yang optimal bagi para pengemudi. Tak ketinggalan, kampanye digital melalui media sosial dimanfaatkan secara maksimal untuk menjangkau audiens yang lebih luas, terutama generasi muda yang aktif di dunia maya.

Melalui serangkaian kegiatan yang terstruktur dan berkelanjutan ini, mahasiswa Kesos UI dan komunitas ojol berupaya menanamkan pesan-pesan keselamatan berkendara secara holistik. Penggunaan helm standar SNI bukan lagi sekadar formalitas, melainkan kebutuhan mendasar.

Jaket pelindung menjadi perisai tambahan yang melindungi tubuh dari benturan dan cuaca ekstrem. Menjaga jarak aman antar kendaraan menjadi kunci untuk menghindari tabrakan beruntun. Kesabaran di jalan, yang menjadi ruh dari nama gerakan ini, mengajarkan untuk tidak terburu-buru dan mengutamakan keselamatan di atas segala-galanya.

Harapan besar disematkan pada pundak "Sajadah di Aspal." Pelangi Loemongga dengan penuh keyakinan menyampaikan harapannya agar gerakan ini mampu meningkatkan kesadaran para pengemudi ojol, khususnya, untuk lebih sabar dan berhati-hati saat menjalankan tugasnya di jalanan yang penuh tantangan. Target utama tentu saja adalah menekan angka kecelakaan yang selama ini menjadi momok menakutkan.

Abayandang (51), seorang anggota komunitas Ojol Mengaji yang turut serta dalam sosialisasi gerakan ini, menyambut baik inisiatif "Sajadah." Baginya, edukasi semacam ini adalah oase di tengah rutinitas harian yang penuh risiko. Sebagai pengemudi ojek online yang setiap hari berinteraksi langsung dengan kerasnya jalanan, Abayandang menyadari betul bahwa kesadaran akan keselamatan berkendara bukan hanya demi diri sendiri, melainkan juga demi keselamatan penumpang yang mereka bawa dan keluarga tercinta yang menanti di rumah. Pernyataan tulus dari seorang praktisi di lapangan ini semakin mengukuhkan relevansi dan urgensi dari Gerakan Sajadah.

Lebih dari sekadar kampanye sesaat, "Sajadah di Aspal" dirancang untuk menjadi gerakan berkelanjutan yang akan berlangsung sepanjang tahun 2025. Pintu partisipasi pun terbuka lebar bagi masyarakat umum yang memiliki kepedulian yang sama terhadap isu keselamatan berkendara. Dukungan dalam berbagai bentuk, baik tenaga, ide, maupun sumber daya, akan menjadi amunisi berharga untuk memperluas jangkauan dan dampak positif dari gerakan ini.

Kolaborasi antara mahasiswa Kesos UI dan komunitas ojol dalam Gerakan Sajadah ini adalah contoh nyata bagaimana kepedulian dan aksi nyata dari berbagai elemen masyarakat dapat bersinergi untuk mengatasi permasalahan sosial yang kompleks. Ini bukan hanya tentang mengurangi angka kecelakaan, tetapi juga tentang membangun budaya berkendara yang lebih bertanggung jawab, saling menghargai, dan mengutamakan keselamatan bersama.

"Sajadah di Aspal" adalah simbol harapan, sebuah pengingat bahwa di tengah kerasnya persaingan di jalanan, nilai-nilai kesabaran dan kehati-hatian adalah fondasi utama untuk menciptakan lalu lintas yang lebih aman dan beradab. Mari bersama-sama membentangkan "sajadah" keselamatan di setiap jengkal jalanan Indonesia.

× Image