BISNISTIME.COM,BAKU— Saat terjadi dorongan dekarbonisasi global, Pupuk Indonesia hadir sebagai game-changer melalui inovasi amonia bersih. Dalam Conference of the Parties (COP) UN Climate Change Conference ke-29 di Azerbaijan, Pupuk Indonesia menegaskan posisinya sebagai pemimpin transformasi hijau dengan mengusung solusi energi bersih yang dapat mendukung ketahanan pangan sekaligus transisi energi menuju Net Zero Emissions (NZE) 2060.
Amonia dikenal sebagai bahan utama produksi pupuk, seperti urea, NPK, ZA, yang sangat vital untuk pertanian. Saat ini produksinya masih menghasilkan karbon (amonia abu-abu), tetapi dengan inovasi teknologi, proses produksi amonia pada masa depan akan jauh lebih rendah karbon (amonia biru) dan bahkan bebas karbon (amonia hijau).
Selain untuk pupuk, amonia hijau dan biru menjadi solusi bahan bakar ramah lingkungan. “Amonia akan semakin banyak digunakan di sektor energi dalam dekade mendatang sebagai bahan bakar transisi, karena sifatnya yang bebas karbon. Kami melihat tren ini dan siap memasok amonia untuk sektor energi,” jelas Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi, saat menghadiri CEO Dialog on Climate Action, Paviliun Indonesia di COP29.
Pupuk Indonesia melihat bahwa permintaan amonia biru dan hijau akan meningkat pesat di masa depan. Menjawab tren ini, perusahaan telah menyiapkan peta jalan strategis untuk meningkatkan kapasitas amonia dari 7 juta menjadi lebih dari 12 juta ton pada 2045 dengan dominasi amonia hijau pada seluruh fasilitas produksi di Pupuk Indonesia Grup.
“Pada tahun 2030, kami akan mulai memproduksi amonia hybrid di Aceh melalui anak perusahaan kami, Pupuk Iskandar Muda. Pada tahun 2035, kami berencana memperkenalkan amonia biru. Pada tahun 2045, kami akan memperkenalkan amonia biru dalam skala yang lebih besar,” ujar Rahmad. Upaya ini diharapkan memenuhi permintaan energi bersih global, terutama dari pasar seperti Jepang, Eropa, dan Amerika Serikat.
Pengembangan amonia bersih ini memperkuat posisi Indonesia sebagai hub amonia bersih global. Untuk mewujudkannya diperlukan dukungan regulasi yang tepat, teknologi, serta investasi.
Di samping mengaplikasikan teknologi hybrid untuk amonia bersih, Pupuk Indonesia akan tetap mempertahankan posisinya sebagai produsen pupuk. Dengan kapasitas produksi 14,5 juta ton pupuk, termasuk 9,3 juta ton urea, Pupuk Indonesia merupakan produsen pupuk terbesar di kawasan Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika Utara. Oleh karena itu, peran perusahaan ini sangatlah penting untuk menjaga ketahanan pangan nasional dan bahkan kawasan.
Pentingnya ketahanan pangan bagi Indonesia juga ditegaskan oleh Hashim Djojohadikusumo selaku Kepala Delegasi sekaligus Utusan Khusus Presiden Prabowo Subianto dalam acara pembukaan Indonesia Pavilion COP29. Ia mengungkapkan bahwa kepemimpinan baru di Indonesia menjadikan ketahanan pangan sebagai prioritas utama.
“Program Ketahanan Pangan sangat penting untuk menjaga kemandirian Indonesia dari guncangan eksternal yang telah kita alami dalam beberapa tahun terakhir,” katanya.
dok foto: Pupuk Indonesia