BISNITIME.COM, Pada tengah tantangan global yang signifikan, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa perekonomian Indonesia terus menunjukkan kekuatan pertumbuhan, meskipun menghadapi stagnasi di arena ekonomi global dan ketidakpastian di pasar keuangan. Data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2024 mencapai 5,11 persen (year on year/yoy), yang utamanya didorong oleh permintaan domestik yang kuat dan dukungan dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Pertumbuhan tersebut juga berdampak positif pada penurunan tingkat pengangguran terbuka.
Menkeu Sri Mulyani mengungkapkan bahwa di tengah ketidakpastian global, perekonomian Indonesia mampu mempertahankan ketahanannya. Ke depan, pemerintah akan terus mengoptimalkan APBN untuk menjaga stabilitas ekonomi, mempercepat pertumbuhan, dan menciptakan lapangan kerja baru. Pada sisi pengeluaran, pertumbuhan terlihat pada konsumsi rumah tangga dan lembaga non-profit yang melayani rumah tangga (LNPRT), serta pengeluaran konsumsi pemerintah (PKP). Sementara itu, pertumbuhan investasi juga mencatatkan angka yang positif.
Meskipun terdapat perlambatan dalam pertumbuhan ekspor dan impor yang dipengaruhi oleh tren global, sektor-sektor unggulan seperti manufaktur dan perdagangan tetap tumbuh positif. Namun, sektor pertanian mengalami kontraksi akibat dari faktor musim. Peningkatan mobilitas masyarakat juga memberikan dukungan pada sektor-sektor pariwisata.
Secara keseluruhan, tren pertumbuhan ekonomi yang positif terjadi di seluruh wilayah Indonesia, dengan Pulau Jawa menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi. Dalam konteks ini, upaya pengembangan industri hilirisasi sumber daya alam (SDA) menjadi kunci bagi pertumbuhan di wilayah Sulawesi, Maluku-Papua, dan Kalimantan.
Pertumbuhan ekonomi yang solid ini juga membawa dampak positif pada penyerapan tenaga kerja, menurunkan tingkat pengangguran terbuka (TPT), dan mengurangi proporsi pekerja informal. Meskipun demikian, terdapat risiko global yang masih harus diatasi, seperti ketidakpastian kebijakan the Fed dan eskalasi tensi geopolitik.
Dalam menghadapi dinamika global yang kompleks, pemerintah akan terus memperkuat sinergi dan koordinasi dengan otoritas lain, terutama di sektor moneter dan keuangan, untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional. Dengan terus melakukan monitoring dan asesmen terhadap potensi dampak dari dinamika global, pemerintah akan menggunakan APBN sebagai alat untuk menjaga daya beli masyarakat dan momentum pertumbuhan ekonomi.