BISNISTIME.COM, BANDA ACEH — MER-C Indonesia pada hari Sabtu (13/7) mengadakan pelayanan kesehatan serta penyaluran bantuan kemanusiaan bagi ratusan pengungsi Rohingya di Aceh.
Kordinator MER-C Aceh Ira Hadiati mengatakan, program bantuan dan layanan kesehatan ini dilakukan karena masih banyak pengungsi Rohingya yang mendarat di Aceh dengan kondisi memprihatinkan.
“Terlepas dari masalah politik atau isu internasional tentang manusia kapal ini, MER-C selaku lembaga kemanusiaan yang bersifat netral tergerak untuk ikut serta menangani masalah ini. MER-C sendiri sudah pernah terjun langsung ke Rakhine, Myanmar, saat membangun Rumah Sakit Indonesia, jadi tahu bagaimana kondisi mereka di sana,” ujarnya.
Terkait program bantuan lebih lanjut untuk pengungsi Rohingya ini, Ira mengatakan akan berkoordinasi dengan jajaran Presidium MER-C di Jakarta.
Layanan kesehatan dilakukan oleh relawan dari MER-C Cabang Medan yang terdiri dari dua dokter umum yaitu dr. Miftahul Masruri sebagai Koordinator Lapangan dan dr. Aulia Rachman, tiga perawat Ade Andrian, S.Kep, Ns, M.Kep, Aspri Darmawan, S.Kep, Ns dan Bima Anggara, S.Kep serta satu dokter muda Norman Hakim, S.Ked.
Kordinator Lapangan untuk pelayanan kesehatan pengungsi Rohingya, dr. Miftahul, mengatakan tim mendapati para pengungsi banyak mengalami penyakit kulit dan pernafasan karena kondisi lingkungan memang kurang bersih, di mana satu tempat pengungsian diisi oleh ratusan orang.
“Para pengungsi sendiri menyambut hangat kedatangan Tim MER-C, karena memang mereka mengharapkan adanya bantuan. Kami sendiri tadi cukup kewalahan karena memang hampir semua ingin berobat dan hampir semua dari anak-anak hingga dewasa mengalami penyakit kulit atau pencernaan,” ujarnya.
Miftahul mengungkap, sudah ada tim medis yang memang ditugaskan untuk memberikan pelayanan bagi pengungsi Rohingya. Mereka bertugas dalam tiga shift dari Senin-Jumat, jadi saat relawan MER-C datang tim yang biasa bertugas sedang libur.
Selain memberikan pelayanan kesehatan, relawan MER-C bersama Fakultas Bisnis Islam UIN Ar-Raniry juga membagikan bantuan berupa sembako dan obat-obatan, bantuan paket higienis untuk dewasa dan anak-anak yang berisi sikat gigi, handuk, sabun mandi, shampoo, serta pakaian bayi dan makanan tambahan untuk anak-anak, dengan total 237 paket.
MER-C juga menyerahkan bantuan 7 buah kipas angin agar sirkulasi udara di pengungsian bisa lebih baik, serta peralatan ibadah seperti iqra dan Al Quran, mukenah, sarung, dan buku pengayaan agama.
Saat ini para pengungsi membutuhkan fasilitas sanitasi yang lebih baik, karena yang ada sekarang masih belum memadai.
PBB menggambarkan etnis Rohingya sebagai kelompok yang paling teraniaya di dunia dan kelompok hak asasi manusia menyebut mereka menghadapi genosida.
Menurut Amnesty International, lebih dari 750.000 pengungsi Rohingya, sebagian besar perempuan dan anak-anak, meninggalkan Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh setelah pasukan Myanmar melancarkan tindakan keras pada Agustus 2017, sehingga menambah jumlah pengungsi Rohingya di Bangladesh menjadi lebih dari 1,2 juta orang.
Setiap tahun, ribuan warga Rohingya juga meninggalkan Myanmar, mempertaruhkan nyawa dalam perjalanan laut yang panjang dengan kondisi kapal yang buruk, untuk bisa mencapai Malaysia atau Indonesia.