BISNISTIME.COM, LOMBOK TENGAH – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Dr. Suharyanto, S.Sos., M.M pada kunjungan kerjanya di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dikutip dari Pusdatin KK BNPB pada Kamis (5/12) memberikan apresiasi kepada Forum Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Provinsi NTB.
Apresiasi tersebut disampaikan oleh Suharyanto saat menerima kunjungan perwakilan masyarakat dan NGO di sela-sela rangkaian acara Uji Coba Sistem Diseminasi dan Respon Kesiapsiagaan yang tengah berlangsung sejak Senin (2/12) lalu. Kegiatan uji sistem ini merupakan kerja sama BNPB dengan World Bank melalui Proyek Prakarsa Ketangguhan Bencana Indonesia (IDRIP).
Suharyanto berterima kasih kepada Forum PRB yang telah menjadi garda dalam mendukung upaya pengurangan risiko bencana di Indonesia khususnya di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Menurut Suharyanto, Forum PRB merupakan komponen penting dalam penanggulangan bencana dan harus ada di setiap daerah.
“Dalam penanggulangan bencana, walaupun BNPB bekerja bersama TNI, Polri, berbagai ASN, dan relawan, sehebat apapun itu tidak akan bisa jika tidak dibantu oleh masyarakat, oleh Forum PRB ini”, ungkap Suharyanto.
Suharyanto bercerita, pada beberapa kunjungannya ke daerah terdampak bencana, masih ada pemerintah daerah yang tidak siap dalam menghadapinya. Hal ini disebabkan salah satunya karena pemerintah daerah masih menganggap sebelah mata Forum PRB. Oleh karena itu, Suharyanto meminta para anggota Forum PRB daerah untuk lantas tidak menyerah dalam membangun relasi dengan otoritas penanggulangan bencana daerah.
Ia pun menyampaikan bahwa BNPB akan selalu mendukung kegiatan pengurangan risiko bencana yang dilakukan oleh Forum PRB.
“Tentunya kita sebagai sesama insan yang berkomitmen untuk terus membantu rakyat terutama dalam hal yang terkait dalam kebencanaan tetap semangat, kompak, solid, dan terus dalam perlindungan Tuhan”, pesan Suharyanto.
Latihan Evakuasi Mandiri Warga
Sementara itu, pada kesempatan yang berbeda, Suharyanto juga mengapresiasi kegiatan simulasi evakusi tsunami drill yang dilaksanakan serentak di 18 desa di tiga wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Barat antara lain Kabupaten Lombok Tengah, Lombok Utara, dan Kota Mataram.
Dengan skenario gempa yang berpotensi tsunami, warga diminta untuk melakukan evakuasi mandiri ke tempat yang lebih aman. Kegiatan yang didukung oleh IDRIP ini bermaksud untuk mendapatkan gambaran terkait respon aksi dari suatu bencana, dalam hal ini adalah tsunami, proses evakuasi sampai ke tempat evakuasi.
Dalam dialog bersama warga selepas berakhirnya simulasi evakuasi, Suharyanto yang menemui warga di Lapangan Malomba mengingatkan warga untuk selalu berlatih evakuasi mandiri dengan tidak hanya menunggu latihan simulasi yang dari pemerintah.
“Kalau tsunaminya besok, saya yakin yang selamat akan banyak. Karena bapak ibu sekalian tadi sudah baik dalam latihan evakuasi bencananya. Tapi bencana itu tidak bisa ditebak kapan datang, bisa jadi setelah alam sedang tenang, tidak ada kejadian gempa apapun, namun 20 tahun mendatang tiba-tiba tsunami besar datang”, kata Suharyanto dihadapan warga.
“Sayangnya, bencana ini seringkali datang di saat kita lengah. Saat kita tidak siap. Ini yang membuat banyak korban. Oleh karena itu, yang penting dari latihan-latihan ini adalah keberlanjutannya”, tambah Suharyanto.
“Program IDRIP ini cuma lima tahun, besok tahun 2025 selesai, maka kami mohon program ini Bapak dan Ibu yang pelihara. Ilmu evakuasinya diceritakan ke anak dan cucu, terus berkelanjutan. Forum Pengurangan Risiko Bencana terus ditingkatkan”, tegas Suharyanto.
Menutup pertemuan dengan para warga, Suharyanto mengingatkan kembali pelajaran dari Indonesia dan Jepang dalam merespon tsunami hindia pada 2004 lalu. Banyaknya korban jiwa di negara Indonesia disebabkan kurangnya kesiapsiagaan semua pihak. Oleh karena itu, Suharyanto berpesan kepada warga dan unsur forkopimda daerah Nusa Tenggara Barat untuk memelihara dan melanjutkan program Destana (Desa Tangguh Bencana) dengan pelatihan evakuasi warga dan aparat desa.