BISNISTIME.COM, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya memperkuat rantai pasok industri furnitur dan kerajinan berbahan rotan dan kayu untuk meningkatkan daya saing di pasar global. Salah satu langkah strategis adalah memastikan ketersediaan bahan baku rotan yang efisien dan siap pakai bagi industri dalam negeri. Dengan cara ini, diharapkan kinerja dan daya saing industri furnitur dan kerajinan rotan nasional dapat meningkat secara signifikan.
“Sebagai bagian dari program prioritas Kemenperin, kami mengembangkan pusat logistik bahan baku kayu dan rotan di berbagai kawasan industri furnitur dan kerajinan seperti di Jawa Barat (Cirebon), Jawa Tengah (Jepara, Solo, Semarang), dan Jawa Timur (Surabaya, Pasuruan). Selain itu, kami juga mengembangkan pusat logistik di wilayah sumber bahan baku seperti Palu dan Katingan serta wilayah Sumatera,” ujar Direktur Jenderal Industri Agro Putu Juli Ardika pada acara Serah Terima Bantuan Permesinan Pengolah Rotan di Katingan, Kalimantan Tengah, Jumat (26/07).
Bantuan permesinan untuk UPT Rotan Hampangen ini merupakan langkah penting untuk meningkatkan kapasitas produksi dan kualitas bahan baku rotan yang siap pakai, sekaligus mendorong investasi baru di wilayah Katingan dan sekitarnya.
“Melalui penyediaan bahan baku siap pakai, industri dapat memperoleh bahan baku sesuai jenis, kualitas, ukuran, dan jumlah yang dibutuhkan dengan harga yang kompetitif dan tepat waktu. Hal ini memungkinkan mereka untuk lebih fokus menyelesaikan pesanan dari pembeli dan mengoptimalkan penggunaan modal kerja,” jelas Putu.
Bantuan mesin yang diberikan terdiri dari 13 unit mesin yang terbagi dalam empat jenis: tiga unit mesin pembelah rotan (Splitting Machine), tujuh unit mesin penipis rotan (Trimming Machine), satu unit mesin poles ganda (Double Polishing Machine), dan satu unit mesin dowel.
Dengan adanya kontribusi dari sektor swasta sebagai off-taker dalam membangun pabrik pengolahan rotan dan kerajinan di Katingan, peran UPT Hampangen diharapkan semakin penting sebagai penyedia bahan baku. “Kami berharap UPT Hampangen dapat berkembang menjadi Pusat Logistik bahan baku rotan yang melayani industri furnitur dan kerajinan di berbagai wilayah seperti Cirebon, Solo, serta Jawa Tengah dan Jawa Timur,” tambah Putu.
Putu juga mengajak pihak swasta untuk memanfaatkan potensi berbagai jenis rotan dan bahan alam lainnya di Kabupaten Katingan untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan perekonomian daerah.
“Kami berharap mesin-mesin yang diberikan ini dapat dipelihara dan dimanfaatkan secara maksimal untuk mendukung penyediaan bahan baku rotan siap pakai bagi industri furnitur dan kerajinan di wilayah Katingan khususnya, dan industri nasional pada umumnya,” ungkap Putu.
Kemenperin juga terus memperbaiki rantai pasok industri furnitur melalui beberapa tahap, termasuk analisis dan perbaikan pola rantai pasok bahan baku, dengan tujuan menciptakan pola rantai pasok yang ideal dengan biaya minimal, waktu produksi singkat, dan kualitas bahan baku yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Empat Aspek Penting dalam Perbaikan Rantai Pasok Furnitur
Perbaikan rantai pasok bahan baku industri furnitur, khususnya rotan, mencakup empat aspek utama: pemasok, konsumen, jaringan distribusi, dan proses produksi. Pada aspek pemasok, dilakukan pemetaan dan pembuatan platform informasi untuk ketersediaan rotan setengah jadi yang siap pakai, termasuk jenis, jumlah, kualitas, dan harga. Sementara itu, aspek konsumen difokuskan pada pemetaan offtaker dan konsumen rotan setengah jadi, serta pembangunan pusat logistik rotan berskala besar di kawasan sentra industri rotan.
Untuk aspek jaringan distribusi, perbaikan dilakukan dengan mengelola distribusi terpusat di pusat logistik rotan dan menciptakan pola distribusi yang efisien melalui sistem platform tracking untuk kontrol alur distribusi secara real-time. Sedangkan aspek proses produksi ditingkatkan dengan menyediakan rotan setengah jadi berkualitas yang dikoordinasikan oleh pusat logistik bahan baku industri furnitur, serta bantuan permesinan untuk pusat logistik dan industri.
Penting juga memastikan bahan baku memenuhi standar kualitas dengan adanya Quality Control (QC) yang berpedoman pada dokumen Grading Rule Rotan.
Pengembangan pusat logistik rotan ini mengikuti model pengembangan pusat logistik kayu di Kawasan Industri Kalijambe, Sragen, untuk menjamin ketersediaan bahan baku kayu bagi industri furnitur di Solo Raya. “Selain itu, kami juga sedang menjajaki pengembangan pusat logistik bahan baku kayu di Jepara,” tutup Putu.