BISNISTIME.COM, Industri kulit dan alas kaki sudah mampu berdaya saing global dengan menghasilkan produk yang berkualitas. Sektor ini tumbuh dengan dorongan permintaan domestik dan luar negeri yang cukup tinggi sehingga memberikan kontribusi signfikan bagi perekonomian nasional.
Berdasarkan data World Footwear Yearbook 2023, Indonesia tercatat ke dalam lima besar negara produsen alas kaki yang menghasilkan sebanyak 807 juta pasang dengan 445 juta pasang diekspor ke berbagai negara. Artinya, 55,4 persen produksi alas kaki Indonesia diminati konsumen mancanegara.
“Ini menunjukkan bahwa tenaga kerja serta industri alas kaki dalam negeri memiliki produktivitas dan kemampuan yang tinggi. Peran SDM yang kompeten menjadi salah satu faktor pemicu kinerja industri kulit dan alas kaki nasional berhasil mampu bersaing di kancah internasional,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan resminya di Jakarta, Kamis (6/3).

Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian berkomitmen untuk terus berperan aktif dalam upaya menyediakan tenaga kerja yang kompeten sesuai dengan kebutuhan dunia industri saat ini. “Kami terus mendorong kinerja industri nasional melalui penyiapan SDM yang kompeten dan berdaya saing global sehingga SDM kita kompetitif tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di luar negeri,” ujar Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Masrokhan.
Dengan kemampuan pengembangan SDM industri alas kaki, Kemenperin melalui BPSDMI tengah manjajaki kerja sama dengan Pemerintah Sri Lanka melalui Kementerian Luar Negeri dan Export Development Board (EDB) Sri Lanka. “Kerja sama dengan Sri Lanka ini dapat meningkatkan expertise yang dimiliki SDM industri nasional dan merupakan sebuah kesempatan untuk menunjukkan best practice di Indonesia kepada dunia,” ungkap Masrokhan.
Kerja sama tersebut berupa fasilitasi pelatihan pengolahan produk kulit bagi tenaga kerja industri Sri Lanka yang akan melibatkan pengajar dari unit pendidikan vokasi Kemenperin dengan spesialisasi industri kulit dan alas kaki, yakni Politeknik ATK Yogyakarta.
“Pelatihan ini dibiayai sepenuhnya oleh EDB Sri Lanka dan rencananya akan diselenggarakan selama dua minggu pada bulan Agustus 2025 dengan peserta berjumlah 10 orang,” jelas Direktur Politeknik ATK Yogyakarta, Sonny Taufan.
Sonny menyatakan, sebelum pelatihan dimulai, calon peserta pelatihan akan menjalani pre-test untuk mengetahui level kompetensinya. Dalam rangkaian pelatihannya juga akan dijadwalkan kunjungan ke industri terkait guna memperkenalkan dan mempelajari sistem produksi di Indonesia.
“Kami sangat senang mendapatkan kesempatan untuk melakukan kerja sama dalam bentuk pelatihan ini. Tenaga kerja industri di Sri Lanka butuh belajar banyak dari Indonesia dalam bidang pengolahan kulit, termasuk untuk produk alas kaki,” ujar Head of Mission Kementerian Luar Negeri Sri Lanka Nilanthi K. Pelawaaththage.
Menurutnya, menjadikan Politeknik ATK Yogyakarta fasilitator pelatihan adalah sebuah keputusan yang tepat karena politeknik tersebut memiliki spesialisasi yang spesifik di bidang industri kulit dan alas kaki, seperti kompetensi yang dibutuhkan Sri Lanka.
Politeknik ATK Yogyakarta sebagai salah satu unit pendidikan vokasi Kemenperin telah mencetak banyak pekerja dan wirausaha dengan kompetensi teknologi bidang kulit dan produk turunannya, mulai dari sepatu, jaket, tas, hingga sarung tangan.
Sebelumnya, Politeknik ATK Yogyakarta juga pernah menjadi fasilitator pelatihan penyamakan kulit bagi SDM industri negara Tanzania dari tahun 2022 hingga 2024 lalu dengan rangkaian pelatihan yang terdiri dari pelatihan daring, luring di Politeknik ATK Yogyakarta, dan expert dispatch ke Tanzania.