BISNISTIME.COM, Jakarta– Pemerintah Indonesia terus menyuarakan pentingnya percepatan transisi energi dalam agenda internasional. Salah satu aspek yang ditegaskan adalah peningkatan akses energi bersih yang merata dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana, menyampaikan pentingnya percepatan transisi energi yang adil dan inklusif pada acara Clean Energy Ministerial (CEM) Senior Official’s Meeting (SOM) dan Mission Innovation (MI) Annual Gathering di Bali, Rabu (15/5).
“Transisi energi yang berkeadilan bukan hanya soal adopsi teknologi baru, pekerjaan ramah lingkungan, atau subsidi energi, tapi juga mencakup akses inklusif terhadap listrik dan clean cooking,” kata Dadan.
Dadan menekankan bahwa implementasi energi terbarukan dan efisiensi energi harus diprioritaskan untuk mempercepat transisi energi. “Saya yakin, transisi energi bersih dan berkeadilan akan memberdayakan masyarakat, meningkatkan daya saing, dan mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang,” tambahnya.
Pemerintah Indonesia menunjukkan komitmen kuatnya dalam mempercepat transisi energi bersih melalui peluncuran berbagai program inovatif yang berpihak pada kepentingan masyarakat. Salah satu upaya tersebut adalah program konversi ke kompor induksi. “Dengan beralih ke kompor induksi, kami tidak hanya mengurangi biaya memasak, tetapi juga meningkatkan efisiensi energi rumah tangga hingga 40%,” ungkap Dadan.
Di sektor industri dan komersial, fokus utama adalah pada manajemen energi dan efisiensi perangkat rumah tangga. “Program-program ini diharapkan dapat mengurangi konsumsi energi hingga 20% dan memberikan manfaat besar bagi sektor industri dan komersial,” tambahnya.
Dalam sektor transportasi, pemerintah merancang program konversi kendaraan berbahan bakar fosil ke motor listrik. “Kami berharap dapat menghemat biaya bahan bakar hingga 50% dan mengurangi biaya perawatan kendaraan,” jelas Dadan. Untuk mendukung program ini, pemerintah menyediakan insentif, infrastruktur, dan pengembangan ekosistem kendaraan listrik.
Selain itu, Indonesia juga memanfaatkan lahan bekas tambang untuk produksi energi terbarukan dan membudidayakan mangrove sebagai upaya mitigasi perubahan iklim. “Dengan langkah-langkah ini, Indonesia tidak hanya berkontribusi pada pengurangan emisi, tetapi juga membuka peluang baru di pasar karbon,” urai Dadan.
Dalam menghadapi tantangan pencapaian target transisi energi, kolaborasi internasional menjadi kunci utama. “Indonesia dan Australia berperan penting sebagai tuan rumah dalam menyelenggarakan pertemuan ini sebagai persiapan untuk pertemuan menteri yang lebih besar untuk mempercepat transisi energi bersih,” jelas Dadan.
Dadan menekankan pentingnya meningkatkan platform dan mekanisme yang ada, mendorong investasi khususnya untuk pengembangan kapasitas di negara-negara berkembang, dan memastikan arsitektur energi berkelanjutan yang inklusif di tingkat global. “Pertemuan CEM dan MI adalah awal dari era baru dalam transisi energi bersih dengan melibatkan semua lapisan masyarakat dan lintas negara. Tidak ada transisi tanpa kerja sama dan interkoneksi internasional, tidak ada keamanan tanpa interkonektivitas, dan tidak ada keberhasilan tanpa akses energi universal,” tegasnya.
Senada dengan Dadan, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, mengungkapkan peran aktif Indonesia dalam forum energi bersih global, khususnya CEM. “Kita telah berpartisipasi aktif dalam alur kerja dan kegiatan CEM, seperti mendorong penerapan efisiensi energi di industri melalui Energy Management Leadership Award yang berhasil diraih Indonesia selama lima tahun terakhir,” ungkapnya.
Eniya percaya bahwa CEM adalah platform yang tepat bagi Indonesia untuk memperkuat upaya transisi energi menuju NZE pada tahun 2060 atau lebih cepat. Ia berharap CEM dapat menjadi ruang diskusi dan identifikasi pandangan-pandangan yang relevan untuk menarik investasi. “Forum CEM dan MI akan menciptakan platform bagi para menteri untuk bertemu dengan lembaga pembiayaan dan bank multilateral guna mendorong proyek energi bersih yang lebih ambisius,” pungkasnya. (NA)