BISNISTIME.COM, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berkomitmen untuk meningkatkan investasi di sektor industri. Sebagai bagian dari upaya ini, Kemenperin memperkuat hubungan kerja sama ekonomi, khususnya melalui kerangka Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). RCEP adalah perjanjian perdagangan bebas yang melibatkan sepuluh negara anggota ASEAN—Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam—bersama lima mitra utamanya yaitu Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru. Perjanjian ini bertujuan untuk memperkuat rantai pasok kawasan, mendorong pertumbuhan UMKM, serta meningkatkan kerja sama ekonomi dan perdagangan antar negara anggota.
Inisiatif RCEP pertama kali diluncurkan oleh Indonesia saat menjadi ketua ASEAN pada tahun 2011. Tujuannya adalah untuk mengintegrasikan kemitraan ASEAN dengan kelima negara mitra yang sebelumnya telah terbentuk, yaitu ASEAN – China Free Trade Agreement (ACFTA), ASEAN – Korea Free Trade Agreement (AKFTA), ASEAN – Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP), dan ASEAN – Australia – New Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA).
Pada pertemuan dengan Ketua RCEP Industry Cooperation Committee (RICC) RRT, Mr. Xiu Ningning, dan delegasi bisnis dari Tiongkok pada Selasa (28/5), Kemenperin menyampaikan niat untuk meningkatkan perdagangan dan investasi antara Indonesia dan Tiongkok. “Indonesia dan Tiongkok telah menjalin kerja sama dalam berbagai forum regional. Tiongkok merupakan mitra strategis bagi Indonesia, baik sebagai mitra dagang maupun sebagai investor kedua terbesar,” ujar Taufiek Bawazier, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika, yang mewakili Menteri Perindustrian dalam pertemuan tersebut.
Dengan populasi mencapai 280 juta jiwa, Indonesia menawarkan pasar yang besar bagi peluang bisnis. Selain itu, Indonesia juga kaya akan bahan baku. “Indonesia membutuhkan teknologi untuk mengolah bahan baku agar memiliki nilai tambah yang lebih tinggi. Hal ini penting untuk mendorong perkembangan industri di Indonesia,” jelas Taufiek.
Dalam pertemuan tersebut, delegasi Indonesia menawarkan berbagai peluang investasi kepada Tiongkok, termasuk di sektor makanan dan minuman. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI), Adhi S. Lukman, menyebutkan bahwa program makan bergizi gratis dari Presiden Terpilih akan membutuhkan dukungan teknologi dalam pelaksanaannya. “Saat ini, sudah ada tiga perusahaan besar Tiongkok yang berinvestasi di sektor ini di Indonesia, dan ini merupakan peluang yang baik untuk investasi lebih lanjut,” kata Adhi.
Ketua RCEP Industry Cooperation Committee (RICC) RRT, Mr. Xiu Ningning, mengungkapkan bahwa banyak perusahaan Tiongkok tertarik untuk berinvestasi di Indonesia. Selain karena pasar yang besar dan hubungan dagang yang baik dengan negara-negara lain, industri di Indonesia masih memiliki ruang untuk tumbuh, dan Tiongkok memiliki teknologi industri yang dapat diterapkan di Indonesia.
Turut hadir dalam pertemuan tersebut adalah Direktur Jenderal Industri Agro Putu Juli Ardika, Direktur Akses Sumber Daya Industri dan Promosi Internasional Syahroni Ahmad, Direktur Industri Kimia Hulu Wiwik Pudjiastuti, serta Direktur Industri Kimia Hilir dan Farmasi Emmy Suryandari. Delegasi Tiongkok yang hadir termasuk Direktur Shandong Sinocera Functional Material Song Xibin, Wakil Lembaga Desain dan Penelitian Elektronik TI Wilayah RRT bagian utara Xing Zhicao, Ketua Asosiasi Perdagangan Industri Informasi Tiongkok Zhu Lifeng, serta Wakil Eksekutif dan Sekretaris Jenderal Asosiasi Mesin Bahan Bangunan Tiongkok Wang Yumin.