Beranda » IKM Dukung Diversifikasi Pangan Berbasis Agrikultur untuk Perkuat Ketahanan Nasional

IKM Dukung Diversifikasi Pangan Berbasis Agrikultur untuk Perkuat Ketahanan Nasional

by Rahmat Ruskha
IKM Dukung Diversifikasi Pangan Berbasis Agrikultur untuk Perkuat Ketahanan Nasional

BISNISTIME.COM, Kementerian Perindustrian terus berupaya meningkatkan produksi pangan dalam negeri guna memperkuat ketahanan pangan nasional. Salah satu strategi yang ditempuh adalah melalui hilirisasi produk pertanian, yang bertujuan menciptakan diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal serta meningkatkan nilai tambahnya.

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita, menegaskan bahwa industri pangan dalam negeri masih memiliki prospek yang besar. “Diharapkan ke depannya hilirisasi produk pertanian dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” ujarnya pada Jumat (14/6).

Reni menekankan bahwa komoditas agribisnis dan bahan pangan lokal alternatif merupakan pilar ketahanan pangan Indonesia. Masyarakat membutuhkan bahan pangan segar serta olahan pangan lanjutan. Pelaku industri didorong untuk memanfaatkan bahan baku lokal seperti singkong, sagu, porang, dan sorgum sebagai pengganti beras, sumber karbohidrat.

“Percepatan hilirisasi komoditas bahan pangan sangat penting saat ini karena besarnya potensi pengembangan produk olahan lanjutan dari bahan baku lokal, baik produk antara maupun produk jadi yang siap dikonsumsi,” kata Reni.

Direktur IKM Pangan, Furnitur, dan Bahan Bangunan, Yedi Sabaryadi, menambahkan bahwa produk pangan inovatif juga memiliki segmen pasar di sektor ritel. Pada Mei 2024, Ditjen IKMA mengadakan kegiatan Business Matching yang mempertemukan 47 IKM pangan terpilih dengan 24 perusahaan ritel, menghasilkan potensi transaksi hingga Rp33 miliar.

“Sebanyak 26 IKM peserta Business Matching adalah alumni program Indonesia Food Innovation (IFI), dan satu IKM dengan produk madu mencatat potensi transaksi tertinggi senilai Rp1,02 miliar,” ungkap Yedi.

Menurut Yedi, percepatan hilirisasi produk agrikultur memerlukan kolaborasi berbagai pihak, seperti startup, lembaga penelitian, perguruan tinggi, dan IKM teknologi tepat guna. Selain itu, pelaku industri harus memperhatikan bahan baku, proses produksi, hingga distribusi produk ke konsumen.

Untuk mengakselerasi bisnis IKM pangan yang inovatif dan berbasis bahan baku lokal, Ditjen IKMA rutin menyelenggarakan Program Indonesia Food Innovation (IFI). Program ini bertujuan agar IKM pangan siap menjadi industri pangan yang mudah dipasarkan, menguntungkan, dan berkelanjutan. Pendaftaran IFI tahun ini dibuka sejak 6 Juni 2024 melalui laman www.ifi.kemenperin.go.id.

“Setiap komoditas agribisnis memiliki karakteristik spesifik, sehingga memerlukan proses pengolahan dan inovasi yang berbeda untuk menghasilkan produk optimal yang memenuhi kebutuhan pasar,” jelas Yedi.

Jumlah pendaftar IFI terus meningkat setiap tahun. Selama empat kali pelaksanaan, pendaftar mencapai 7.925, dengan 2.153 pendaftar pada tahun 2023. Sebanyak 20 peserta terpilih mendapatkan pembinaan melalui coaching, mentoring, dan fasilitasi manajemen, aspek hukum, serta jejaring.

“Banyak pelaku IKM pangan peserta IFI yang berhasil meningkatkan omzet dengan memperluas pasar, baik nasional maupun ekspor,” imbuhnya. Sebagai contoh, IKM olahan susu Rossalie Cheese di Bali berhasil mengembangkan pasar ke jaringan premium hotel, pasar retail premium, dan restoran premium di Indonesia.

IKM lain yang sukses memperluas ekspor setelah menerapkan HACCP adalah CV Nusantara Jaya Food (NJF) di Malang, Jawa Timur. CV NJF meningkatkan kapasitas produksi dan memperluas pasar ke Curacao, Hongkong, Korea, dan Australia, dengan total kapasitas produksi 300 ton per bulan untuk produk sayur dan buah beku yang dipasok ke perusahaan pertambangan dan Asosiasi Catering Indonesia.

 

Rekomendasi Untuk Anda