Beranda » Gandeng Dosen Fakultas Teknik Unisba, Pemda Bandung Barat Adakan Studi Banding Kelola Sampah

Gandeng Dosen Fakultas Teknik Unisba, Pemda Bandung Barat Adakan Studi Banding Kelola Sampah

by Yusuf Hudana
Gandeng Dosen Fakultas Teknik Unisba, Pemda Bandung Barat Adakan Studi Banding Kelola Sampah

BISNISTIME.COM, BANDUNG – Permasalahan sampah yang terus menerus muncul dan akhirnya menjadi penumpukan sampah menjadi persoalan yang tak kunjung usai. Terutama di wilayah pemukiman masyarakat, bau tak sedap dan ancaman penyakit  menjadi kekhawatiran tersendiri warga akan timbunan sampah yang tak terangkat.

Dr. Ir. Mohamad Satori, MT., IPU, Dosen Prodi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung (Unisba) akhirnya  digandeng oleh Pemda Bandung Barat dalam mengatasi persoalan sampah di Kabupaten Bandung Barat.

Bukan tanpa alasan, Mochamad Satori digandeng Pemda Bandung Barat. Dilansir dari Bandungsatu.com dengan judul berita ”Pemda Bandung Barat, Gandeng Dosen Unisba, Mochamad Satori untuk Olah Sampah”, pada Senin (15/07), bahwa dalam mengatasi masalah tersebut, Pemda Bandung Barat pada Senin (15/07) mengadakan studi banding pengolahan sampah di Komplek Perumahan Puri Cipageran 2, RT.03/22 Desa Tanimulya Kecamatan Ngamprah, yang dibina Dr. Ir. Mohamad Satori, MT., IPU.

“Soal sampah ini saya pikir harus dimulai dari diri sendiri. Lebih jauh barangkali kita mulai dari Pemda dulu. Jadi saya belajar ke sini, melihat di TPS3R ini, melalui pak Satori cara mengolah sampah. Beliau memberi pemahaman pada kami mengolah sampah itu tidak perlu Teknologi yang luar biasa dan itu bisa diterapkan di Pemda,” kata Pj Bupati Bandung Barat, Ade Zakir Hasyim, Senin (15/07).

Gandeng Dosen Fakultas Teknik Unisba, Pemda Bandung Barat Adakan Studi Banding Kelola Sampah

 

Ade Zakir sangat mengapresiasi upaya pengolahan sampah yang dimotori Satori dengan mengubah sampah jadi, granul, kompos, biogas dan daur ulang sehingga hanya menyisakan 30 persen sampah dari rumah tangga.

“Nanti di Pemda ada beberapa hal tematik soal pengolahan sampah yang nanti akan langsung dipimpin oleh pak Satori, karena sampah ini tidak hanya menjadi kompos atau biogas, tapi diantaranya bisa juga jadi magot dan lainnya,” kata Ade.

Ade memastikan bahwa pengolahan sampah di Pemda nantinya juga bisa jadi sarana edukasi bagi masyarakat yang ingin mengolah sampah, bisa belajar di Pemda Bandung.

Äde sendiri mengatakan alasan pengolahan sampah dilakukan terlebih dahulu di Kompleks Pemda karena ia berpendapat bahwa sebelum ke masyarakat, maka Pemda harus serius terlebih dahulu untuk mengelola sampah.

“Sebelum kita berbicara kepada masyarakat, harus begini, harus begitu, Pemda sendiri harus memberi contoh,” tegas Ade.

Di tempat yang sama Muhamad Satori mengatakan, pihaknya menyambut baik program pengolahan sampah di Pemda Bandung Barat. Ia akan membantu secara maksimal program tersebut agar nantinya bisa berkembang.

Ia pun menegaskan bahwa soal pengolahan sampah memang harus dilakukan secara langsung, tidak bisa hanya membahasa sistem dan teori belaka.

“Tempat ini dibuat untuk dijadikan percontohan, karena untuk pengolahan sampah mah harus praktek. Gak bisa omong doang, hanya teori. Karena saya sering memberikan pemberdayaan masyarakat, disamping saya sebagai dosen, maka saung ini dibuat,” papar Satori.

Satori sendiri mengatakan bahwa sampah organik adalah urutan pertama yang sering menjadi masalah. Sementara sampah anorganik masih bisa didaur ulang.

“Orang kebanyakan mengatakan bahwa sampah organic itu bau dan kotor, di sini kami buktikan tidak ada bau dan bisa menjadi kompos. Kami bahkan Jadikan media tanam, sehingga ketika cabai harganya 160 ribu, di sini warga bisa memetic gratis dengan media tanam tersebut,” kata Satori.

Hanya saja untuk mempercepat pengurangan sampah, menurut Satori tugas masyarakat hanyalah memilah. Dari hasil pilahan tersebut sampah rumah tangga bisa didaur ulang atau dijadikan kompos dan biogas sebesar 70%, sementara 30% sisanya adalah residu yang tidak punya nilai ekonomis dan harus dimusnahkan.

“Pengolahan seperti ini banyak mengurangi sampah, apalagi dengan kondisi Sarimukti yang sudah harus ditutup, sementara Legok Nangka baru akan digunakan pada 2029,” kata Satori.

Satori sendiri mengatakan bahwa ia tidak menggunakan Teknologi yang muluk-muluk. Salah satunya hanya menggunakan bakteri untuk membuat kompos yang tidak berbau. Ia sendiri sampai saat ini masih membuat biogas yang menghasilkan volume sebesar 25 kilogram.

“Saya masih membuat kompos di atas, yang menghasilkan 25 kilo. Ya jumlah itu maksimal bisa digunakan untuk 5 rumah,” kata Satori. [ ]

Dok Foto : M.Satori

Rekomendasi Untuk Anda