BISNISTIME.COM, JAKARTA — Rabu (28/08/2024) Bukti nyata Indonesia miniatur Kerukunan dalam Keberagaman kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia menjadi momen bersejarah yang penuh makna. Sebagai negara dengan populasi terbesar keempat di dunia dan rumah bagi berbagai agama serta etnis, momen ini tentunya akan mendapatkan perhatian dari seluruh dunia.
Perwakilan dari Konferensi Waligereja Indonesia sekaligus Juru Bicara Panitia Kunjungan Paus Fransiskus, Rm. Thomas Ulun Ismoyo, Pr., menekankan bahwa kunjungan ini merupakan pengakuan atas status Indonesia sebagai miniatur keberagaman dan toleransi dunia.
“Kunjungan ini adalah bukti nyata dari pengakuan dunia atas Indonesia yang mampu menjaga kerukunan dalam keberagaman. Alasannya dipilih karena Indonesia hebat di mata Vatican,” ujarnya dalam Dialog Forum Merdeka Barat 9 (FMB9): ‘Kunjungan Paus Fransiskus Simbol Persahabatan Lintas Agama’, di Media Center Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta Pusat, Senin (26/08/2024).
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa Paus Fransiskus telah lama mengamati bagaimana Indonesia, sebagai negara dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia, tetap mampu memberikan ruang bagi berkembangnya berbagai agama dan budaya.
Sejatinya, dia menyebutkan Paus Fransiskus sudah mengagendakan untuk mengunjungi Indonesia pada 2020. Akan tetapi, rencana tersebut gagal dikarenakan dunia tengah menghadapi Pandemi Covid-19.
Romo Ulun menambahkan, dalam konteks global, toleransi beragama sering kali menjadi isu yang sensitif, terutama di negara-negara dengan populasi yang sangat beragam. Namun, Indonesia berhasil menunjukkan bahwa perbedaan bukan penghalang, melainkan kekayaan yang harus dirawat dan dihormati.
Keberagaman agama dan budaya yang ada di Indonesia tidak hanya diakui oleh dunia internasional, tetapi juga menjadi salah satu alasan kuat Paus Fransiskus memilih Indonesia sebagai salah satu destinasi kunjungannya.
“Indonesia tidak hanya menjadi contoh bagi negara-negara lain, tetapi juga menginspirasi dalam hal bagaimana masyarakat dengan latar belakang yang berbeda bisa hidup berdampingan dengan damai,” tambahnya.
Panitia Kunjungan Paus Fransiskus telah mempersiapkan berbagai agenda yang akan menyoroti keberagaman dan semangat toleransi Indonesia. Salah satunya adalah kunjungan Paus Fransiskus ke Masjid Istiqlal melalui Terowongan Silaturahim yang menjadi simbol kerukunan antar umat beragama di Indonesia.
Selain itu, Paus juga dijadwalkan untuk bertemu dengan para pemimpin agama dari berbagai keyakinan untuk memperkuat dialog dan kerja sama dalam menjaga perdamaian dunia.
Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia diharapkan akan menjadi momen penting yang tidak hanya memperkuat hubungan antara Vatikan dan Indonesia, tetapi juga mengukuhkan posisi Indonesia sebagai teladan dalam hal keberagaman dan toleransi di mata dunia.
“Ini adalah kesempatan bagi kita semua, masyarakat Indonesia, untuk menunjukkan bahwa keberagaman adalah anugerah dan toleransi adalah kunci bagi perdamaian yang abadi,” tegasnya.
Pertemuan Lintas Agama
Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. KH. Nasaruddin Umar, menilai kunjungan Paus Fransiskus memiliki makna yang mendalam dan penting bagi Indonesia. Terlebih pemimpin tertinggi umat Katolik sekaligus kepala negara Vatikan ini akan menyempatkan diri untuk bertemu dengan pemimpin lintas agama di Masjid Istiqlal.
“Ini menjadi luar biasa karena Paus adalah orang nomor satu di Katolik dan juga kepala negara. Kunjungan ini adalah kehormatan besar bagi Indonesia dan Masjid Istiqlal akan kedatangan tamu yang istimewa,” tambahnya.
Secara khusus, ia menyatakan bahwa Masjid Istiqlal telah mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik untuk menyambut Paus Fransiskus. Saat ini, masjid terbesar di Indonesia ini sudah memiliki standar penerimaan tamu penting, karena hampir seluruh kepala negara yang berkunjung ke Indonesia menyempatkan diri untuk berkunjung.
Di sisi lain, Wakil Koordinator Media Panitia Kunjungan Paus Fransiskus, Romo Anthonius Gregorius Angelo Lalu, memaparkan kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia bukan sekadar agenda diplomatik, tetapi juga simbol dari hubungan emosional antara Paus dengan umat Katolik di seluruh dunia, khususnya di Indonesia.
“Di Roma, Paus itu dipanggil ‘Papa,’ sehingga bagi umat Katolik, Paus dianggap sebagai seorang bapak. Ketika dia datang berkunjung, itu seperti seorang bapak yang ingin menemui putra-putrinya,” sebutnya.
Tema kunjungan, yaitu iman, persaudaraan, dan belas kasih, mencerminkan nilai-nilai yang ingin ditanamkan Paus Fransiskus dalam pertemuannya dengan umat Katolik dan masyarakat Indonesia secara umum. Ketiga nilai ini sangat relevan dalam konteks Indonesia yang dikenal sebagai negara dengan masyarakat yang majemuk, namun mampu hidup berdampingan dalam harmoni.
Sumber :kominfo.go.id