BISNISTIME.COM, USA – Berdasarkan riset dari Cyberint, serangan ransomware meningkat sebesar 55% dari 2022 ke 2023. Dari para korban yang disurvei, 69% melaporkan telah membayar tebusan, dengan total mencapai 1,1 miliar dolar AS.
Secara taktis, ransomware beroperasi melalui akses ilegal ke sistem yang sering dijual di pasar gelap, didukung oleh model Ransomware as a Service (RaaS) yang membuat serangan ini lebih umum dan sulit dilacak. Setelah sistem terinfeksi, data kemudian dienkripsi dan korban diminta membayar tebusan.
Disini 6 cara melindungi data server di website agar tidak terserang ransomware :
1.Mengimplementasikan Autentikasi Multifaktor (Multi-Factor Authentication/MFA) untuk menambah lapisan keamanan agar sistem maupun data sensitif benar-benar hanya dapat diakses pengguna yang sah.Karena proses verifikasinya berlapis-lapis, maka data tetap dapat diamankan walaupun kata sandi sudah dicuri sebelumnya.
2.Melakukan patching dan memperbarui sistem secara berkala. Langkah ini wajib dilakukan, tetapi sangat berguna untuk menutup celah keamanan dan melindungi sistem dari ancaman baru.
3.Membatasi akses terhadap berbagai sumber daya melalui jaringan. Dengan mengontrol dan membatasi akses terhadap sumber daya melalui jaringan hanya kepada pengguna yang memerlukan, ruang gerak penyerang pun semakin terbatas untuk dapat menemukan celah.
4.Mengimplementasikan mekanisme Segmentasi Jaringan (Network Segmentation) dan Pengawasan Secara Traversal (Traversal Monitoring).
Secara sederhana, jaringan terbagi menjadi segmen-segmen terpisah atau subnet. Hal ini memudahkan tim keamanan untuk memantau aktivitas yang terjadi di antara segmen-segmen tersebut, termasuk trafik yang keluar-masuk, guna mendeteksi dan menghalangi pergerakan oleh si penyerang.
5.Menerapkan Manajemen Akses Identitas (Identity Access Management/IAM) serta Hak Akses Istimewa (Privileged Access).
Organisasi disarankan untuk menggunakan alat bantu yang memampukan pengelolaan serta membatasi penggunaan akun admin secara efisien guna melindungi identitas dan hak akses istimewa.
6.Mengimplementasikan prosedur serta kebijakan pencadangan dan restorasi data. Karena yang diinginkan pelaku ransomware adalah agar korban membayar sejumlah uang tebusan untuk dapat membuka data, maka pencadangan alias backup serta restorasi data dapat menjadi salah satu cara untuk mencegah penyerang untuk mencapai tujuannya.
Dengan kebijakan dan prosedur backup dan restore yang komprehensif, data dapat dipulihkan dengan cepat setelah insiden.
Selain itu, pengelolaan akses identitas dan pencadangan data secara rutin sangat dianjurkan. “Dengan kebijakan pencadangan dan pemulihan yang tepat, organisasi dapat pulih dengan cepat setelah insiden dan meminimalkan kerugian,” tambah Thomas Gregory, Director of Blue Team Operation PT Spentera.