BISNISTIME.COM, Bali – Setelah ASEAN-IGF Workshop on Formalization of Artisanal and Small-Scale Mining (ASM), Kepala Pusat Pengujian Mineral dan Batubara (tekMIRA) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yose Rizal, menegaskan pentingnya menghentikan praktek pertambangan ilegal karena menjadi hambatan utama dalam mengatasi kemiskinan di negara-negara berkembang.
Yose menyatakan bahwa Pertambangan Rakyat dan Pertambangan Kecil atau Artisanal and Small-Scale Mining (ASM) merupakan faktor kunci dalam pembangunan ekonomi dan sosial serta pengentasan kemiskinan. Formalisasi menjadi langkah penting untuk menciptakan sektor yang kompetitif, mengurangi kemiskinan, dan mendistribusikan sumber daya secara adil.
Meskipun setiap negara ASEAN memiliki regulasi terkait ASM, masih ada tantangan dalam mengimplementasikan formalisasi, seperti kemiskinan, pengaruh politik, masalah pekerja anak, pengelolaan lingkungan yang kurang, dan kesulitan dalam pemantauan Artisanal and Small-Scale Mining , terutama di daerah terpencil.
Yose menjelaskan bahwa langkah penting dalam memformalkan ASM adalah dengan mengembangkan kerangka hukum yang kondusif, menegakkan hukum, menyediakan akses terhadap data geologi, meningkatkan kapasitas teknis, dan memfasilitasi dialog antar pemangku Artisanal and Small-Scale Mining .
Selanjutnya, memasukkan penambang rakyat dan penambang skala kecil ke dalam perekonomian formal dapat meningkatkan kinerja ekonomi, sosial, dan lingkungan dari sektor ini serta memberikan kontribusi positif terhadap pembangunan berkelanjutan.
Yose menutup dengan menekankan bahwa kebijakan formalisasi merupakan alat penting dalam meningkatkan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan dari ASM. Pembentukan lingkungan yang mendukung diperlukan untuk mengembangkan potensi sektor ini dan menjadikannya kontributor positif bagi pembangunan berkelanjutan.